Aku sangat percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS

Saudara saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang ada dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku. dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. ( Filipi 3:13-14 )

Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia AnakNya itu menjadi yang sulung diantara banyak saudara. ( Roma 8:29 )

Inilah kasih itu : Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai perdamaian bagi dosa-dosa kita. ( 1Yoh 4:10 )

Senin, 12 September 2011

BENTROK AMBON

rusuh.jpg 
Situasi Kota Ambon, Maluku, kembali tegang yang dipicu oleh kematian seorang tukang ojek motor. Banyak warga memilih mengungsi ke rumah sanak keluarga dan tempat ibadah, karena khawatir bentrokan meluas, mengulang konflik sosial pada 1999 lalu.

Hingga kemarin malam, dilaporkan dua orang tewas dalam bentrokan massa di kawasan Tanah Lapang Kecil, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Minggu sore.  Kedua orang itu tewas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr M Haulussy, Ambon, akibat luka tembak aparat kepolisian saat upaya penghalauan massa.

"Lebih dari 18 orang yang menderita luka tembak atau luka terkena lemparan benda tumpul sudah mendapat perawatan medis di sini. Namun, dua orang di antaranya meninggal dunia dan sudah diambil pihak keluarga," kata Humas RSUD dr M Haulussy dr Ita Sabrina, Minggu malam.

Korban tewas teridentifikasi sebagai Djefry Siahaan yang terkena timah panas di bagian perut dan Cliford Belegur yang tertembak di bagian dada sebelah kiri. Satu korban lainnya dilaporkan dalam kondisi kritis.

Djefry Siahaan adalah seorang guru yang tengah bertugas di Ambon. Sementara Cliford merupakan siswa kelas III SMA Negeri 12 Ambon.
Sebelumnya Kapolda Maluku Brigjen Pol. Syarif Gunawan menginformasikan, selain korban tewas, bentrokan antarwarga dari Minggu siang hingga sore menyebabkan sedikitnya 60 korban luka-luka. Korban umumnya mengalami luka akibat lemparan batu dan tembakan. Para korban antara lain dirawat di RS Alfatah, RS Bakti Rahayu, RS Sumber Hidup, dan RSYD dr. M. Haulussy.

Sejumlah sepeda motor dan mobil pribadi maupun rumah penduduk di kawasan Tanah Lapang Kecil, Kecamatan Nusaniwe, dibakar massa.
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengatakan, situasi keamanan di Ambon pada pukul 21.00 WIT sudah terkendali.

Mengungsi
Dari pantauan Minggu malam, pengungsi ramai terlihat di Desa Passo, Lateri dan Halong di  Kecamatan Baguala, Kebun Cengkeh, Karang Panjang, Batu Meja, Kayu Putih dan Soya di Kecamatan Sirimau serta Kudamati dan Gunung Nona di Kecamatan Nusaniwe.

Para orangtua mengungsi bersama anak-anak mereka dengan pakaian dan harta benda seadanya. "Yang penting menghindarkan anak-anak dari ketegangan dan mengamankan surat-surat berharga," ujar Alex, salah seorang pengungsi, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Warga yang bermukim di perbatasan wilayah Islam dan Kristen panik dan mengungsi ke rumah-rumah ibadah untuk mencari perlindungan.
Wa Ima menggenggam erat tangan kedua anaknya sambil berlari kecil, saat mengamankan diri dengan pergi mengungsi. "Katong takut bapa (kami takut, bapak)," katanya dengan raut wajah yang ketakutan.

Para pengungsi tidak menginginkan konflik sosial sebagaimana terjadi pada 1999 terulang kembali. Mereka trauma dengan konflik berdarah dan berkepanjangan tersebut, berlangsung sekitar dua tahun, yang menelan ribuan korban jiwa.

"Aparat keamanan harus bertindak tegas, mengusut tuntas penyebab kematian tukang ojek tersebut agar tidak terjadi pertikaian yang saat ini saja telah menimbulkan penderitaan," tutur Irene, seorang ibu warga Poka, Kecamatan Teluk Ambon yang memilih mengungsi ke Passo.

Kapolda Maluku Brigjen Polisi Syarief Gunawan, Wakil Gubernur Said Assagaf, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan Wakil Wali Kota Sam Latuconsina bersama para tokoh agama berupaya menenangkan warga di sejumlah titik bentrokan, seperti Waihaong, Pohon Puleh, dan simpang empat Tugu Trikora.

Polda Maluku mengerahkan personil Brimob, dan dibantu tiga peleton personil TNI Angkatan Darat bersenjata lengkap, untuk menghalau massa yang terlibat saling lempar. Sempat terdengar letusan senjata api.

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu meminta warga untuk menahan diri dan tetap tetang serta memberikan kesempatan kepada aparat kepolisian menyelidiki kematian Darkin Saimen, tukang ojek yang merupakan warga Waihaong, Kecamatan Sirimau.

"Tidak ada gunanya lagi saling bentrok. Kita semua harus belajar dari konflik yang pernah terjadi pada 1999 yang dampaknya hanya menyengsarakan masyarakat," kata Gubernur Ralahalu saat turun langsung di perempatan Tugu Trikora untuk membubarkan massa.

Dia meminta peristiwa ini jangan diarahkan ke persoalan agama. "Ini sebenarnya masalah hukum. Kami telah mengarahkan aparat keamanan untuk menuntaskannya," ujarnya.

Gubernur Karel Albert Ralahalu bersama wakilnya, Said Assagaff, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy, Kapolda Brigjen Po.l Syarief Gunawan dan Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Suharsono langsung mengundang tokoh agama dan pemuka masyarakat untuk bertemu Minggu malam. "Kami akan bertemu malam ini untuk membicarakan langkah penyelesaian bentrokan antarwarga sehingga tidak  meluas," ujarnya.

Terpancing rumor
Kepala Satlantas Polres Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKP Marinus Djati kepada wartawan menjelaskan, Darkin Saimen mengalami kecelakaan lalu lintas di kawasan Gunung Nona, Kelurahan Kudamati, pada Sabtu (10/9) malam. "Dia ditolong keluarga Tatuhey, yang membawanya ke rumah sakit. Namun korban meninggal dalam perjalanan," ucapnya.

Tapi, rumor berkembang bahwa korban tewas akibat dianiaya di kawasan Gunung Nona. Usai acara pemakaman kemarin siang di kawasan Petak Sepuluh, Kelurahan Manggadua, keluarga dan kerabat Darkin yang emosi menuntut balas. Bentrokan antarwarga pertama kali terjadi di kawasan Mangga Dua ini. Terjadi aksi saling lempar antarwarga serta pembakaran empat sepeda motor dan satu unit mobil angkutan penumpang.

Bentrokan itu kemudian merembet ke beberapa lokasi di Ambon, di antaranya Tanah Lapang Kecil, Kecamatan Nusaniwe, dan perempatan Tugu Trikora. Sejumlah ruas jalan dibarikade.

Aksi saling lempar batu juga sempat terjadi di Jalan dr. Latumeten, sekitar kampus Universitas Pattimura. Dua sepeda motor dibakar dan tiga unit angkutan kota jurusan Kudamati dan Bentas rusak akibat terkena lemparan batu. Di sejumlah ruas jalan terlihat konsentrasi massa sambil membawa parang.

Sampai Minggu petang situasi Kota Ambon masih mencekam. Tak terlihat kendaraan lalu lalang di jalan raya. Hanya terlihat konsentrasi massa seperti di Tuguh Trikora, Batu Merah dan Mardika, Waringin, Diponegoro, serta di kawasan Tanah Lapang Kecil (Talake).

Aparat kepolisian dan TNI segera diterjunkan ke lokasi kejadian melerai kedua kelompok warga. Aparat melepaskan tembakan peringatan untuk menghentikan bentrokan dan membubarkan massa.

"Saya bersama Kapolres dan Wakil Wali kota Ambon Sam Latuconsina menemui keluarga korban di kawasan Waihaong dan menjelaskan persoalan sebenarnya dan pihak keluarga menerimanya, walau tetap meminta polisi mengusut persoalan ini," papar Kepala Satlantas Polres Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKP Marinus Djati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar