Aku sangat percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS

Saudara saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang ada dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku. dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. ( Filipi 3:13-14 )

Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia AnakNya itu menjadi yang sulung diantara banyak saudara. ( Roma 8:29 )

Inilah kasih itu : Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai perdamaian bagi dosa-dosa kita. ( 1Yoh 4:10 )

Minggu, 18 September 2011

Ibadah GKI Yasmin Masih Tetap Diganggu

Jakarta, NasionaLPress - Ibadah GKI Yasmin diwarnai insiden munculnya tiga orang lelaki berpakaian olah raga. Mereka tiba-tiba muncul di lokasi ibadah dan meminta Polisi membubarkan ibadah jemaat Yasmin. Namun Polisi yang bersiaga di lokasi segera menggiring lelaki tersebut menjauh dari lokasi ibadah.
Salah seorang pengganggu, Abdul Rahman menyampaikan kalau ibadah Yasmin mengganggu aktifitas oleh raga masyarakat.

"Olah raga saya terganggu, kan saya juga bayar pajak, saya juga berhak dong pakai trotoar ini," ujar Abdul.

Menyikapi insiden tersebut, Kepala Bagian Operasional Polres Bogor, Irwansyah menyampaikan bila ada pihak yang keberatan dengan situasi ibadah Yasmin, dipersilahkan untuk menggunakan mekanisme yang berlaku, seperti pemberitahuan semacam aksi. Meskipun sempat terjadi insiden, ibadah tetap berlangsung hingga selesai dengan pimpinan Yenni.(ed:lkt)

Jumat, 16 September 2011

GKI Yasmin Kembali Didemo, Komnas HAM akan Temui Walikota Bogor dan Menteri Agama

Jakarta, NasionaLPress - Demonstrasi dan pengusiran Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan warga, siang ini membuat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bertindak.
Anggota Komnas HAM, Ridha Saleh mengaku akan segera menemui Walikota Bogor, Diani Budiarto juga Menteri Agama, Suryadharma Ali untuk membicarakan persoalan GKI Yasmin yang sudah berlarut-larut.

"Nanti akan kita coba bicarakan dengan Walikota dan menteri agama," tegas Ridha.

Untuk mengusut kasus GKI Yasmin yang dilarang beribadah ditempat ibadahnya ini, Komnas HAM juga mengaku telah beberapa kali melakukan investigasi. Namun sayang, hingga saat ini kasus pelarangan ibadah GKI Yasmin tak juga selesai, mengingat adanya sikap intoleran oleh Walikotanya sendiri.(ed:lkt)

Selasa, 13 September 2011

Prihatin Rusuh Ambon, Umat Lintas Iman Panjatkan Doa
 
Selasa, 13 September 2011 15:26:27 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono



Jombang (beritajatim.com) - Kerusuhan yang terjadi di Ambon memicu keprihatinan komunitas lintas agama yang ada di Kabupaten Jombang.
Mereka berharap kerusuhan di bumi Ambon Manise itu tidak meluas. Aksi keprihatinan itu dikemas dalam doa bersama, Selasa (13/9/2011).
Acara doa lintas agama itu digelar secara sederhana di Gereja Bethel Indonesia, Jalan Cempaka Jombang. Selain dari umat Kristen, hadir dalam kegiatan tersebut umat Katolik, Hindu, Budha, serta Islam. "Semoga kerusuhan di Ambon tidak meluas," kata Pendeta Christian Muskanan, Ketua PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injil Indonesia) Jombang.
Dalam kesempatan itu, pendeta berdarah NTT (Nusa Tenggara Timur) ini memimpin doa yang pertama kali. Sedangkan belasan hadirin lainnya saling bergandeng tangan sebagai simbol persatuan. Dalam doanya, Cristian berharap persaudaraan di tanah Maluku tetap terjaga. "Kami memohon pada Tuhan agar perdamian di Ambon selalu terjaga," ucapnya.
Doa bersama kemudian disambung dari perwakilan Muslim. Dalam doanya, umat Islam juga berharap kerusuhan di Ambon tidak meluas hingga menimbulkan korban nyawa tambahan. "Kami juga berharap agar pemerintah lebih pro aktif lagi. Sehingga tidak jatuh korban lebih banyak lagi," kata perwakilan Islam.
Usai memanjatkan doa, Cristian menjelaskan, pihaknya khawatir luka lama di tanah Ambon menganga lagi. Pasalnya, 11 tahun lalu, tanah kelahiran Kapiten Pattimura itu pernah bergolak. Kerusuhan pecah dimana-mana, korban nyawa dari dua yang bertikai berjatuhan. Oleh karena itu, ia sangat berharap tragedi berdarah tersebut tidak meluas. "Jangan samapi mengulang kerusuhan 11 tahun lalu," kata Christian dengan logat timur.
Pihaknya juga menghimbau agar masyarakat waspada terhadap isu dan provokasi sesat soal kerusuhan Ambon, yang ditiupkan oleh pihak tertentu. Karena, tragedi tersebut sangat rentan ditunggangi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Meski doa lintas iman itu berlangsung secara damai, namun Gereja yang terletak di Jalan Cempaka Jombang tersebut mendapat pengawalan yang ketat dari aparat kepolisian. Koprs berseragam cokelat ini berjaga di depan gereja hingga selesainya acara.

Senin, 12 September 2011

Jenazah Sopir Sumber Kencono Tiba, Istri Pingsan

K20-11 Keluarga menunjukkan Foto kenangan pernikahan Mujito dan Fitri Setyowati, Senin (12/9/2011)


KEDIRI, KOMPAS.com - Kedatangan jenazah Mujito, sopir bus Sumber Kencono yang terlibat kecelakaan di Bypass Mojokerto, disambut keluarga dengan penuh histeris. Bahkan ada yang pingsan.
Jenazah yang tiba Senin (12/9/2011) petang dengan diangkut sebuah ambulans itu datang di rumah duka di Dukuh Josaren, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Isak tangis keluarga, khususnya perempuan, pecah seketika, terutama saat keranda pembawa jenazah dibawa masuk ke dalam rumah dan dibuka, sehingga sesosok tubuh yang terbalut kain kafan warna putih tampak jelas.
Tangis histeris dari istri dan adik perempuan korban tak terbendung lagi. "Saya ingin lihat wajahnya, tolong dibuka kafannya," pinta Fitri Setyowati, istri korban sambil tersedu. Selang tidak lama kemudian, ibu dari Akbar Maulana, buah pernikahannya dengan Mujito itu, jatuh pingsan dan harus dibopong oleh keluarga yang lain.
Sementara itu, setelah disholati, jenazah korban kemudian dimakamkan di pemakaman umum desa setempat. Almarhum dimakamkan di samping makam bibinya yang telah lama mendahuluinya.
Sebelumnya, keluarga sempat menyangsikan kabar meninggalnya Mujito. Namun setelah salah satu keluarga melakukan pengecekan di rumah sakit Mojokerto, keluarga baru meyakininya.
Mujito merupakan salah satu korban tewas kecelakaan antara bus Sumber Kencono yang ia sopiri, dengan Minibus elf di Mojokerto. Akibat kecelakaan maut itu, 19 orang tewas

Tokoh Lintas Agama Serukan Konflik di Ambon Segera Diakhiri  

Sejumlah mobil dibakar massa saat kericuhan yang terjadi di Kota Ambon, (11/9). ANTARA/Izaac Mulyawan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejumlah tokoh lintas agama menyerukan agar konflik di Ambon segera diakhiri. Para tokoh tersebut meminta pemerintah pusat terus mewujudkan persetujuan Malino II sebagai jalan satu-satunya untuk menciptakan perdamaian yang abadi di Ambon
"Kami pemuka-pemuka agama menyerukan agar konflik di Ambon segera diakhiri karena masyarakat Ambon sudah jenuh dan tidak mau diprovokasi," tulis pokok-pokok pikiran seruan damai para tokoh lintas agama yang diterima Tempo, Senin, 12 September 2011.

Seruan damai tersebut mengatasnamakan antara lain mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi, Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia Romo Benny Susetyo, serta Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia Uskup Petrus Canisius Mandagi.

Dalam seruannya para tokoh lintas agama itu meminta media massa menggunakan etika jurnalisme damai agar upaya masyarakat sipil dalam meredam konflik mendapat dukungan dari media.

Para tokoh agama yakin aparat akan bertindak profesional serta menjaga zona netral dalam mengatasi kerusuhan di Ambon. Mereka optimistis aparat tidak terjebak pada kepentingan-kepentingan sempit yang merugikan perdamaian.

"Kami tokoh-tokoh agama akan terus-menerus bersama masyarakat Ambon untuk mengupayakan perdamaian yang sejati yang didasari semangat untuk menciptakan semangat persaudaraan sejati," ujar seruan tersebut.

Para tokoh agama itu akan mempertahankan komitmen bersama yang telah disepakati di Malino sebagai solusi terbaik bagi masa depan Ambon. Konflik berbau agama pernah pecah di Maluku pada 2000. Kedua pihak yang bertikai akhirnya menyetujui Kesepakatan Perdamaian Malino II pada Februari 2002.

Tokoh lintas agama ini juga berharap keluarga korban kekerasan serta mereka yang menderita luka-luka diteguhkan imannya dan diberi hidayah-Nya agar tetap sabar

Presiden: Jelaskan Duduk Persoalannya

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain menginstruksikan penambahan personel keamanan di Ambon, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memerintahkan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto untuk menjelaskan duduk persoalan dan apa yang terjadi di Ambon agar masyarakat tidak mendapat informasi yang keliru dan dapat memperluas kerusuhan.
”Jangan sampai kerusuhan di sana menjurus pada isu SARA,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Senin (12/9/2011) pagi ini.
Sebelumnya, Menko Polhukam Djoko Suyanto dalam pesan singkatnya kepada Kompas menyatakan sudah menginstruksikan kepada Gubernur Maluku, Kepala Polri, Panglima TNI, dan Kepala Badan Intelijen Negara untuk terus mengantisipasi dan mengikuti perkembangan kerusuhan di Ambon. Jajaran pemerintahan dan keamanan di sana diminta bekerja sama dengan tokoh masyarakat di sana untuk mendamaikan pihak-pihak terkait agar tidak berlaku anarkis.
”Jangan lengah karena pada masa lalu kejadian awal juga seperti ini. Segera kumpulkan para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan yang terkait untuk bersama-sama melakukan upaya damai dan tidak melakukan tindakan anarkis, tidak percaya terhadap isu SARA yang disebarkan, dan segera menjelaskan tentang kejadian yang sebenarnya kepada masyarakat,” katanya.
Djoko menjelaskan, pertemuan muspida dan tokoh masyarakat telah dilakukan pada Minggu malam dan mereka turun ke lapangan agar masyarakat tidak terprovokasi dan tidak melakukan kekerasan satu sama lain.
”Kejadian awalnya adalah kecelakaan lalu lintas tunggal pengendara motor dan pengemudinya meninggal. Kemudian disebarkan isu lewat SMS (pesan singkat) seolah-olah korban (bernuansa) SARA,” jelas Djoko

BENTROK AMBON

rusuh.jpg 
Situasi Kota Ambon, Maluku, kembali tegang yang dipicu oleh kematian seorang tukang ojek motor. Banyak warga memilih mengungsi ke rumah sanak keluarga dan tempat ibadah, karena khawatir bentrokan meluas, mengulang konflik sosial pada 1999 lalu.

Hingga kemarin malam, dilaporkan dua orang tewas dalam bentrokan massa di kawasan Tanah Lapang Kecil, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Minggu sore.  Kedua orang itu tewas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr M Haulussy, Ambon, akibat luka tembak aparat kepolisian saat upaya penghalauan massa.

"Lebih dari 18 orang yang menderita luka tembak atau luka terkena lemparan benda tumpul sudah mendapat perawatan medis di sini. Namun, dua orang di antaranya meninggal dunia dan sudah diambil pihak keluarga," kata Humas RSUD dr M Haulussy dr Ita Sabrina, Minggu malam.

Korban tewas teridentifikasi sebagai Djefry Siahaan yang terkena timah panas di bagian perut dan Cliford Belegur yang tertembak di bagian dada sebelah kiri. Satu korban lainnya dilaporkan dalam kondisi kritis.

Djefry Siahaan adalah seorang guru yang tengah bertugas di Ambon. Sementara Cliford merupakan siswa kelas III SMA Negeri 12 Ambon.
Sebelumnya Kapolda Maluku Brigjen Pol. Syarif Gunawan menginformasikan, selain korban tewas, bentrokan antarwarga dari Minggu siang hingga sore menyebabkan sedikitnya 60 korban luka-luka. Korban umumnya mengalami luka akibat lemparan batu dan tembakan. Para korban antara lain dirawat di RS Alfatah, RS Bakti Rahayu, RS Sumber Hidup, dan RSYD dr. M. Haulussy.

Sejumlah sepeda motor dan mobil pribadi maupun rumah penduduk di kawasan Tanah Lapang Kecil, Kecamatan Nusaniwe, dibakar massa.
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengatakan, situasi keamanan di Ambon pada pukul 21.00 WIT sudah terkendali.

Mengungsi
Dari pantauan Minggu malam, pengungsi ramai terlihat di Desa Passo, Lateri dan Halong di  Kecamatan Baguala, Kebun Cengkeh, Karang Panjang, Batu Meja, Kayu Putih dan Soya di Kecamatan Sirimau serta Kudamati dan Gunung Nona di Kecamatan Nusaniwe.

Para orangtua mengungsi bersama anak-anak mereka dengan pakaian dan harta benda seadanya. "Yang penting menghindarkan anak-anak dari ketegangan dan mengamankan surat-surat berharga," ujar Alex, salah seorang pengungsi, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Warga yang bermukim di perbatasan wilayah Islam dan Kristen panik dan mengungsi ke rumah-rumah ibadah untuk mencari perlindungan.
Wa Ima menggenggam erat tangan kedua anaknya sambil berlari kecil, saat mengamankan diri dengan pergi mengungsi. "Katong takut bapa (kami takut, bapak)," katanya dengan raut wajah yang ketakutan.

Para pengungsi tidak menginginkan konflik sosial sebagaimana terjadi pada 1999 terulang kembali. Mereka trauma dengan konflik berdarah dan berkepanjangan tersebut, berlangsung sekitar dua tahun, yang menelan ribuan korban jiwa.

"Aparat keamanan harus bertindak tegas, mengusut tuntas penyebab kematian tukang ojek tersebut agar tidak terjadi pertikaian yang saat ini saja telah menimbulkan penderitaan," tutur Irene, seorang ibu warga Poka, Kecamatan Teluk Ambon yang memilih mengungsi ke Passo.

Kapolda Maluku Brigjen Polisi Syarief Gunawan, Wakil Gubernur Said Assagaf, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan Wakil Wali Kota Sam Latuconsina bersama para tokoh agama berupaya menenangkan warga di sejumlah titik bentrokan, seperti Waihaong, Pohon Puleh, dan simpang empat Tugu Trikora.

Polda Maluku mengerahkan personil Brimob, dan dibantu tiga peleton personil TNI Angkatan Darat bersenjata lengkap, untuk menghalau massa yang terlibat saling lempar. Sempat terdengar letusan senjata api.

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu meminta warga untuk menahan diri dan tetap tetang serta memberikan kesempatan kepada aparat kepolisian menyelidiki kematian Darkin Saimen, tukang ojek yang merupakan warga Waihaong, Kecamatan Sirimau.

"Tidak ada gunanya lagi saling bentrok. Kita semua harus belajar dari konflik yang pernah terjadi pada 1999 yang dampaknya hanya menyengsarakan masyarakat," kata Gubernur Ralahalu saat turun langsung di perempatan Tugu Trikora untuk membubarkan massa.

Dia meminta peristiwa ini jangan diarahkan ke persoalan agama. "Ini sebenarnya masalah hukum. Kami telah mengarahkan aparat keamanan untuk menuntaskannya," ujarnya.

Gubernur Karel Albert Ralahalu bersama wakilnya, Said Assagaff, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy, Kapolda Brigjen Po.l Syarief Gunawan dan Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Suharsono langsung mengundang tokoh agama dan pemuka masyarakat untuk bertemu Minggu malam. "Kami akan bertemu malam ini untuk membicarakan langkah penyelesaian bentrokan antarwarga sehingga tidak  meluas," ujarnya.

Terpancing rumor
Kepala Satlantas Polres Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKP Marinus Djati kepada wartawan menjelaskan, Darkin Saimen mengalami kecelakaan lalu lintas di kawasan Gunung Nona, Kelurahan Kudamati, pada Sabtu (10/9) malam. "Dia ditolong keluarga Tatuhey, yang membawanya ke rumah sakit. Namun korban meninggal dalam perjalanan," ucapnya.

Tapi, rumor berkembang bahwa korban tewas akibat dianiaya di kawasan Gunung Nona. Usai acara pemakaman kemarin siang di kawasan Petak Sepuluh, Kelurahan Manggadua, keluarga dan kerabat Darkin yang emosi menuntut balas. Bentrokan antarwarga pertama kali terjadi di kawasan Mangga Dua ini. Terjadi aksi saling lempar antarwarga serta pembakaran empat sepeda motor dan satu unit mobil angkutan penumpang.

Bentrokan itu kemudian merembet ke beberapa lokasi di Ambon, di antaranya Tanah Lapang Kecil, Kecamatan Nusaniwe, dan perempatan Tugu Trikora. Sejumlah ruas jalan dibarikade.

Aksi saling lempar batu juga sempat terjadi di Jalan dr. Latumeten, sekitar kampus Universitas Pattimura. Dua sepeda motor dibakar dan tiga unit angkutan kota jurusan Kudamati dan Bentas rusak akibat terkena lemparan batu. Di sejumlah ruas jalan terlihat konsentrasi massa sambil membawa parang.

Sampai Minggu petang situasi Kota Ambon masih mencekam. Tak terlihat kendaraan lalu lalang di jalan raya. Hanya terlihat konsentrasi massa seperti di Tuguh Trikora, Batu Merah dan Mardika, Waringin, Diponegoro, serta di kawasan Tanah Lapang Kecil (Talake).

Aparat kepolisian dan TNI segera diterjunkan ke lokasi kejadian melerai kedua kelompok warga. Aparat melepaskan tembakan peringatan untuk menghentikan bentrokan dan membubarkan massa.

"Saya bersama Kapolres dan Wakil Wali kota Ambon Sam Latuconsina menemui keluarga korban di kawasan Waihaong dan menjelaskan persoalan sebenarnya dan pihak keluarga menerimanya, walau tetap meminta polisi mengusut persoalan ini," papar Kepala Satlantas Polres Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKP Marinus Djati

Kamis, 08 September 2011

Satu Lagi, Gereja Diancam Sweeping.

Perwakilan Persaudaraan Lintas Agama dan Etnis (PRASASTI) Jombang, hari ini, Kamis 7 J,uli 2011, mendatangi Bakesbangpolinmas untuk mengadukan perihal intimidasi dan ancaman sweeping yang akan dilakukan oleh orang tak dikenal terhadap keberadaan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) yang beretempat di Desa Kepanjen, Dusun Wersah, gang I, Jombang.

Waras, pengurus GPPS mengatakan  Jemaat yang akan beribadat merasa tak nyaman dan merasa terganggu dengan adanya intimidasi tersebut.

“Bentuk intimidasi kita belum tahu, yang jelas kita di sini untuk meminta ketegasan Bakesbanglinmaspol  untuk melindungi hak kami, dan bersama dengan teman PRASASTI menanyakan tentang hal itu. Karena, kita merasa tidak nyaman ketika beribadah, ada yang hendak mensweeping kami,”kata Waras.

Sementara itu , Aan Anshori anggota Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Menyatakan kronologis dari masalah ini berawal sejak 19 Juni 2011, lalu, dimana ada seseorang yang tak disebutkan oleh Aan Anshori, menanyakan tentang ijin dan status dari Gereja yang sudah berdiri sejak 2004 lalu, itu.Aan berharap, dari munculnya persoalan ini, ijin akan dipermudah.

“Selain berkonsultasi dengan Bakesbangpolinmas tentang info sweeping yang diterima oleh GPPS, kita juga menanyakan tentang ijin dari Pemkab, yang sampai saat ini belum memberikan ijin terhadap keberadaan beberapa gereja di Jombang,” jelas Aan.

Dilain tempat,  Aswan Sarosa, Kepala Bakesbangpolinmas menampik adanya isu sweeping tersebut. Ia menjelaskan, ada seseorang yang menanyakan tentang ijin dari Gereja tersebut. Selain itu, mengenai ijin dari Gereja di Jombang, setelah pertemuan dengan PRASASTI tadi, badan koordinasi antar gereja berencana mengajukan ijin secara kolektif.

“Untuk sweeping dan intimidasi sementara ini belum bisa dibuktikan secara hukum, jadi tidak ada bukti dan masih belum bisa dibuktikan. Soal ijin, setelah berkoordinasi dengan PRASASTI, kita akan merespon dan mengakomodasi, serta menunggu permohonan ijin secara kolektif yang akan diajukan,” kata Aswan Sarosa

Mediasi Tanpa Hasil, Pihak Gereja Jemaat Yobel Segera Lapor Polisi

Menyikapi penolakan warga terhadap keberadaan Gereja Bethel Injil Sepenuh (BIS) Jemaat Yobel di Desa Kedungpring, Kecamatan Bareng, Jombang, sejumlah pengurus gereja BIS, Persaudaraan Lintas Agama dan Etnis (PRASASTI), serta Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) mengadakan pertemuan di kantor Nahdatul Ulama Jombang.

Aan Anshori, Presidium JIAD Jawa Timur mengatakan, pertemuan itu dilakukan setelah tidak ada titik temu dari mediasi yang dilakukan oleh pihak desa yang mempertemukan antara perwakilan warga yang menolak dengan pihak gereja.

“Tadi malam pihak desa menggelar mediasi, tapi tanpa hasil dan titik temu,” kata Aan Anshori

Aan menambahkan, dari pertemuan tadi, besok hari senin (15/8) pengurus Gereja BIS, JIAD dan PRASASTI akan melapor ke Kantor Kepolisian Jombang